Pancur Aji merupakan Kawasan wisata yang terletak di pinggiran teluk Sungai Kapuas di bagian hilir / pesisir barat Kota Sanggau, Letak Geografisnya yang perbukitan, diapit oleh dua buah anak sungai yakni Sungai Monga di bagian hilir dan Sungai Mawang di bagian hulu, kedua sungai tersebut bermuara ke Sungai Kapuas.
Asal kata Pancur Aji itu sendiri berasal dari Benteng Kerajaan Sanggau yang berfungsi sebagai menara pengawas dan perlindungan dari serangan musuh-musuh pada waktu itu yang dinamakan Pancur AJi. Sampai sekarang Objek wisata ini terkenal dengan Objek Wisata Pancur Aji, yang sebenarnya Riam nya dinamakan Riam Engkuli.
Riam Engkuli ini terdapat 7 Tujuh tingkatan dan Setiap tingkatan air terjun di kawasan ini hanya sekitar empat sampai lima meter.
Letak Air Terjun Pancur Aji
Objek Wisata Air Terjun Pancur Aji ini terletak di Pusat kota yaitu Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Berjarak sekitar 7 km dari kota Sanggau atau kurang lebih 4 km dari simpang jalan raya menuju Pancur AJi. dengan waktu tempuh kurang lebih 15 menit berkendara. Untuk menuju kawasan Wisata Pancur Aji disimpang jalan terpasang papan petunjuk lokasi wisata tersebut. Jalan menuju kawasan ini cukup menantang dan berbukit-bukit. Jalan nya yang sudah dibangun dan di aspal nenbuat Wisatawan cepat sampai dan mudah dilalui baik kendaraan roda dua dan roda empat.
Napak Jejak Benteng Pancur AJi
Tim pancurajipost mencoba menelusuri jejak peninggalan benteng pancur aji melalui jalur darat. yang konon katanya tempatnya masih misteri dan masih angker. Wajar tempat iu jarang dikunjungi sembarang orang.
Tim berangkat dari kota Sanggau pukul 09.00 Pagii menggunakan kendaraan roda Dua menuju simpang Embaong. dilanjutkan menyelusuri jalanan setapak dan melewati beberapa perkampungan dan menyeberangi jembatan kecil di sekitar desa. dilanjutkan dengan menerobos kebun karet milik warga dan jalanan menuju ke hutan dan ladang warga.
Sesampanya di persimpangan menuju Benteng. Tim bertanya-tanya kepada warga untuk memastikan perjalanan sesuai arah. Dari simpang perkebunan warga, tim memarkirkan kendaraannya dan dilanjutkan dengan berjalan kaki menerobos jalanan setapak dan hutan lebat disekitar Benteng. Tak lupa dalam hati selalu berdoa dimudahkan untuk sampai ke tujuan dengan aman dan selamat.
Sesekali tim melihat jejak gubuk-gubuk kecil dibawah pohon rindang yang besarnya pas dengan badan manusia. diperkirakan gubuk ini telah ditinggalkan sebagai lokasi pertapaan. Jalan yang naik turun membuat nafas kami tersengal-sengal.
Sesekali tim berhenti sejenak di depan anak sungai yang kering. di kobangan anak sungai yang ketika itu sedang surut dan kering sehingga tim bisa melalui anak sungai dengan berjalan kaki. Terlihat jejak-jejak kaki dan sarang buaya disekitar anak sungai. Perjalanan mulai sedikit extrem kala itu namun tim tidak menemukan buaya buaya itu disekitar anak sungai.
Satu jam berlalu dan tim akhirnya sampai di Lokasi Benteng Pancur Aji dengan Mudah. Tiba-tiba hujan lebat turun dengan sendirinya walau cuaca kala itu matahari sangat terik. Awalnya tim akan segera bergegas meninggalkan lokasi untuk berlindung, namun salah satu tim yang mempunyai sedikit kelebihan berkata. "Tunggu saja bentar lagi hujan reda". Sambil memasukan kamera ke tas dan mengamankan dari air hujan. Tim pun berdiri di atas benteng dan diam termenung menunggu hujan reda.
Aroma khas daun pandan menyelimuti di area Benteng yang berbentuk Kolam yang berukuran 10x10 Meter dengan kedalaman 1 meter. Mungkin kalau tidak tertutup sampah, kedalaman bisa melebihi satu meter. Aroma itu sangat terasa menyengat disekitar sisi menghadap ke Sungai Kapuas.
Setelah menunggu 5 menit, hujan pun reda. Tim mencoba untuk mendokumentasikan benteng ini yang kurang terawat dan tertutup timbunan dedaunan. sehingga kamera kami kurang jelas mendokumentasikan jejak benteng Pancur AJi.
Benteng Pancur Aji ini terletak di atas bukit pas dipuncak bukit inilah terbentang kolam bentuk galian tanah berukuran 10×10 m dengan kedalaman 1 m dan berdindigkan kayu belian mengitari benteng tersebut. Di bagian sisi kiri menghadap ke Sungai Kapuas terdapat pula galian yang berukuran 1×1 m, diperkirakan sebagai tempat penyimpanan perbekalan makanan
Konon katanya dari pusat benteng tersebut dibentangkan rantai besi hingga menyebrangi Sungai Kapuas yang dibenamkan ke dalam sungai dan sewaktu-waktu dapat ditarik muncul ke permukaan sungai dimaksudkan untuk menghambat perjalanan angkutun air manakala ada musuh yang akan menyerang kota. Selain itu konon terdapat sebuah meriam yang dipasang dibenteng tersebut dan diberi nama Bujang Malaka.Meriam ini masih berbunyi diwaktu-waktu tertentu sampai sekarang namun hanya segelintir orang saja yang mendengarnya.
Setelah melakukan peliputan, tim segera beranjak pulang. namun baru 200 meter berjalan salah satu tim kehilangan kaca mata hitamnya yang disimpan rapi di dalam tas. Tim pun ke kawasan benteng lagi untuk mencarinya. dan ternyata kaca mata hitam tersebut tergeletak aman berada disisi depan bibir benteng menghadap sungai kapuas.
Dari situlah tim Pancur AJi beranggapan bahwa Tempat tersebut harus dipelihara dan dilindungi keberadaannya sebagai salah satu sejarah keberadaan Kota Sanggau.