Pancurajipost.com - Ritual Adat Tolak Bala Bakaua dilaksanakan pada hari senin tanggal 5 Juli 2021 di Hotel Carano, Seberang GPU, samping toko pelangi Sanggau City.
Ikatan Keluarga Sumatra Barat (IKSB) di Kabupaten Sanggau melaksanakan Ritual Adat Tolak Bala yang dinamakan "Ritual Adat BAKAUA" yang dihadiri langsung oleh Wakil Bupati Sanggau, Drs.Yohanes Ontot, M.Si beserta tamu undangan yang terbatas menerapkan Prosedur Kesehatan yang ketat di Era Pandemi Covid-19
Ritual Adat Tolak Bala Bakaua |
Ritul ini ditujukan untuk menolak segala bencana terutama berdoa agar di musim pandemi covid-19 segera berakhir dan dapat melakukan aktifitas sedia kala.
Ritual dilakukan dengan Berdo'a Kepada Tuhan Yang Maha Besar lagi Maha Agung, dilanjutkan dengan menikmati berbagai macam kuliner Khas Padang.
I
katan Keluarga Sumatra Barat di Kabupaten Sanggau mempunyai NAZAR, Jika Pandemi berlalu dan suasana kembali normal, maka mereka akan memotong kambing sebagai Nazarnya.
Video Event :
Foto Kegiatan :
Apa itu Tolak Bala?
Tolak Bala adalah sebuah ungkapan dalam bahasa Indonesia yang secara harfiah berarti "menolak bencana" atau "menghindari malapetaka". Ungkapan ini digunakan untuk menggambarkan tindakan atau upaya dalam melawan, mencegah, atau mengusir segala bentuk bencana atau malapetaka yang dapat terjadi.
Tolak Bala dapat mencakup berbagai praktik atau tindakan yang dilakukan oleh masyarakat sebagai upaya untuk melindungi diri dan lingkungan mereka dari bahaya atau musibah. Praktik ini dapat berbeda-beda dalam konteks budaya, agama, dan kepercayaan yang ada di berbagai masyarakat.
Contoh praktik Tolak Bala termasuk melakukan doa atau upacara keagamaan untuk memohon perlindungan, menggunakan benda-benda atau simbol-simbol tertentu yang dianggap memiliki kekuatan melawan bencana, menghindari tindakan atau tempat yang dianggap membawa sial, dan mengikuti langkah-langkah keamanan atau mitigasi risiko untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bencana.
Tolak Bala dapat menjadi bagian penting dalam budaya dan kepercayaan masyarakat, karena mencerminkan keinginan untuk melindungi diri dan komunitas dari ancaman atau bahaya yang ada. Praktik ini sering kali menjadi wujud dari keyakinan spiritual atau religius dalam menghadapi tantangan kehidupan dan memperoleh perlindungan dari yang dianggap sebagai kekuatan yang lebih tinggi.