Keraton Ismahayana Landak mempunyai cerita sejarah yang cukup panjang, meskipun sumber-sumber tertulis yang dapat membuktikan sejarah kerajaan ini sangat terbatas. Hal yang sama juga terjadi pada sumber cerita rakyat yang muncul di Ngabang, Kabupaten Landak, tempat di mana kerajaan ini berada.
Namun, bukti-bukti arkeologis seperti bangunan istana kerajaan (keraton) dan atribut-atribut kerajaan yang masih dapat ditemukan hingga saat ini, serta buku Indoek Lontar Keradjaan Landak yang ditulis oleh Gusti Soeloeng Lelanang (raja ke-19) pada tahun 1942, cukup memadai untuk membuktikan perjalanan panjang kerajaan ini.
Secara garis besar, kerajaan ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase ketika Hindu dan fase kedua yaitu Fase Islam dari tahun 1275 M.
Keraton Ismahayana beralamatkan di Jl. Pangeran Sanca Nata Kusuma Muda Desa Raja, Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat
Seperti pada umumnya Keraton - Keraton di Kalimantan Barat, Keraton Ismahayana Landak letaknya 100 meter dari tepian Sungai Landak, Desa Raja - Kecamatan Ngabang dan berada di Pusat Kota Landak.
Keraton Ismahayana bangunannya menghadap ke arah sungai, dengan bangunan utama berbentuk rumah panggung.
Keraton Ismahayana memiliki luas sekitar 2.000 meter persegi, dan terdiri dari beberapa bangunan, yaitu Istana Landak (Istana Ilir), Kediaman Permaisuri (Istana Ulu), serta Kediaman Neang Raja (Rumah Sultan).
Istana Landak (Istana Ilir) merupakan bangunan utama dari Keraton Ismahayana Landak.
Bangunan ini terdiri dari dua lantai, dengan lantai dasar digunakan sebagai tempat penyimpanan barang-barang kerajaan, dan lantai atas digunakan sebagai tempat tinggal sultan dan keluarganya.
Istana Ulu merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal permaisuri dan keluarganya.
Sedangkan Kediaman Neang Raja (Rumah Sultan) merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal sultan dan keluarganya saat mereka sedang melakukan upacara adat.
Singasana Raja dengan dominasi warna kuning serta ukiran ukiran disetiap lekukan kursi serta kayu yang menyelimuti singgasana.
Keraton Ismahayana Landak telah mengalami beberapa kali pemugaran yang pertama sekitar tahun 1950-an dan 1960-an, dan yang terakhir dilakukan pada tahun 2000. Pemugaran ini dilakukan untuk mengembalikan kondisi istana seperti aslinya.
Pada Peninggalan Keraton Ismahayana terdpat beberapa alt musik gong, kenong, mirip dari jawa yang merupakan salah satu alat musik kerajaan Majapahit.
Terdapat juga meriam pusaka yang dibungkus dengan kain kuning yang menandakan berisi, alat permainan zaman dahulu, guci antik abad ke 13, tombak dan masih banyak lagi.
Masjid Jami' Keraton Baiturrahman
|
Masjid Jami' Baiturrahman keraton Ismahayana Foto (akbar teknik) |
Masjid Jami' Baiturrahman keraton berada tidak jauh dari Keraton Kesultanan landak dan merupakan salah satu icon sejarah bagi Kabupaten Landak sendiri sebab di pusat pemerintahan kerajaan landak pada zaman dahulu.
Para Pengunjung yang datang bisa beribadah dan masih bisa menyaksikan, melihat, merasakan suasana kerajaan yang ada pada zaman dahulu yang sampai sekarang masih sangat terpelihara.
|
Masjid Jami' Baiturrahman keraton Ismahayana Sebelum di pugar |
2. Wisata Sejarah, Budaya, Kalender Event
Keraton Ismahayana Landak merupakan salah satu tujuan wisata di Kabupaten Landak. Istana ini menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk belajar tentang sejarah dan budaya Kerajaan Landak.
Selain itu, Keraton Ismahayana setiap tahunnya yang diadakan setiap bulan september, menggelar Kalender Event Tumpang Negeri Keraton Ismahayana yang di isi dengan berbagai kegiatn seperti Saprahan, Ziarah, dan lain lain.
Tumpang Negeri Keraton Ismahayana
|
Ritual Tumpang Negeri, Keraton Ismahayana Foto (Heri irawan Rosmadi Famili) |
Bersumber dari catatan buku Sejarah Budaya dan Adat Melayu Landak yang ditulis oleh Ya' Basuni Andit, tradisi Tumpang Negeri pertama kali dilakukan oleh Raden Abdul Kahar sebagai Raja Pertama Kerajaan Landak.
Pelaksanaan Tumpang Negeri pada awalnya dilakukan bersamaan dengan akhir bulan Safar setiap tahunnya, yang pada dasarnya merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas keselamatan dan limpahan rahmat-Nya dalam melindungi Kerajaan Ismahayana Landak dari segala ancaman dan bencana.
Cara pelaksanaan Adat Tumpang Negeri dimulai dengan Sedekah Kampung (sedekah bumi) yang dilakukan oleh seluruh kampung secara swadaya.
Puncak acara ini adalah menghanyutkan rakit sebagai simbol untuk mengusir segala ancaman dan bencana yang akan menimpa negeri.
Setelah pelaksanaan adat ini, acara ditutup dengan Roahan atau doa arwah, yang kemudian diikuti dengan syukuran/selamatan.
Fungsi upacara Tumpang Negeri bagi masyarakat Suku Dayak antara lain adalah fungsi spiritual, sebagai upaya manusia untuk menjaga keseimbangan hubungan dengan Tuhan dan kekuatan spiritual lainnya.
Pelaksanaan Tumpang Negeri, umumnya dilakukan pada akhir atau awal tahun, tergantung pada kondisi alam yang ada. Acara ini memiliki sifat yang bersifat tolak bala.
Apabila curah hujan terlalu tinggi, maka Tumpang Negeri diadakan untuk memohon agar tidak terjadi banjir. Namun, jika acara ini dilaksanakan pada musim kemarau, tujuannya adalah untuk memohon agar hujan dapat turun.
Saprahan
|
Saprahan di Keraton Ismahayana |
Saprahan adalah Mengadakan acara makan bersama di lapangan terbuka dengan berbagai macam menu yang disajikan untuk dinikmati. Harmoni masih terasa kuat ketika penduduk Desa Raja mulai berkumpul, saling berhadapan dan menikmati hidangan yang disediakan.
Penduduk lokal maupun pendatang duduk bersama-sama dalam posisi lesehan memanjang untuk menikmati makanan yang disajikan, acara ini diadakan oleh penduduk setempat.
Saprahan merupakan acara tambahan dari acara besar Tumpang Negeri, sebuah acara adat yang diwariskan secara turun temurun di kalangan keturunan kerajaan Ismahayana Landak dan penduduk sekitar keraton.
Pelaksanaannya dilakukan di sepanjang jalan raya Desa Raja, tepatnya di depan keraton Ismahayana Landak.
Tujuan dari saprahan adalah selain untuk mewarisi nilai-nilai budaya adat, juga untuk mempererat hubungan silaturahmi sebagai bentuk rasa kebersamaan.
3. Sejarah Singkat Keraton Ismahayana
a. Pendiri
Dalam penelitian sejarah, diyakini oleh para ahli bahwa pendiri kerajaan Landak adalah seorang bangsawan yang berasal dari Kerajaan Singasari. Namun, nama asli bangsawan tersebut tidak diketahui.
Rombongan yang dipimpin oleh bangsawan ini diyakini anggota dari pasukan yang dikirim oleh Kertanegara pada Ekspedisi Pamalayu. Mereka tidak kembali ke Pulau Jawa ketika terjadi perubahan politik di Kerajaan Singasari yang kemudian berubah menjadi Kerajaan Majapahit pada abad ke 13.
Rombongan ini kemudian mengubah tujuan mereka dan menuju Tanjungpura. Mereka mendarat di Ketapang dan melanjutkan perjalanan mereka mengikuti Sungai Kapuas hingga mencapai sungai Landak Kecil dan mendarat di Kuala Mandor.
Namun, terdapat versi lain yang menyebutkan bahwa rombongan ini singgah sementara di Padang Tikar sebelum melanjutkan perjalanan mereka mengikuti sungai Tenganap dan mendarat di Sekilap (sekarang disebut Sepatah).
Tempat ini kemudian dikenal dengan nama Anggrat Bator atau Ningrat Bator. Menurut cerita lokal, bangsawan tersebut mendapatkan kepercayaan dan pengikut dari masyarakat setempat dengan membagikan garam.
Setelah itu, bangsawan tersebut mendirikan kerajaan Landak di daerah tersebut dan mengambil gelar "Ratu Sang Nata Pulang Pali". Ia juga menjadi pendiri dinasti "Ismahayana".
b Masa Pemerintahan
Pada masa pemerintahan kerajaan Ismahayana ini dibagi menjadi empat periode yang terdiri dari dua fase, yaitu fase Hindu dan fase Islam.
Fase Hindu mencakup Kerajaan Landak di Ningrat Batur (1292–1472), sedangkan fase Islam mencakup Kerajaan Landak di Mungguk Ayu (1472–1703), Kerajaan Landak di Bandong (1703–1768), dan Kerajaan Landak di Ngabang (1768–sekarang).
Wilayah kekuasaan Kerajaan Ismahayana Landak secara geografis meliputi seluruh Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.
Pada tiga periode awal, wilayah yang dikuasai kerajaan ini terletak di sepanjang Sungai Landak, yang merupakan anak Sungai Kapuas dengan panjang sekitar 390 km.
Selanjutnya, wilayah kekuasaan Landak semakin meluas hingga mencakup daerah-daerah pedalaman. Secara kasar, batas wilayah Kerajaan Landak dapat disamakan dengan batas wilayah Kabupaten Landak yang berbatasan langsung beberapa kabupaten diantaranya :
- Kabupaten Sanggau di sebelah timur
- Kabupaten Mempawah di sisi barat
- Kabupaten Bengkayang di bagian utara
- dan Kabupaten Ketapang di bagian selatan.
c. Pemilihan Lokasi Kerajaan
Diduga bahwa alasan utama para pendahulu Kerajaan Landak memilih bantaran Sungai Landak sebagai tempat permukiman adalah karena daerah ini kaya akan sumber daya alam, terutama intan dan emas.
Salah satu intan terbesar yang pernah ditemukan dan dimiliki oleh Kerajaan Landak adalah Palladium Intan Kubi (intan ubi) dengan berat 367 karat. Intan Kubi ini kemudian diberi nama Intan Danau Raja dan ditemukan pada masa pemerintahan Raden Nata Tua Pangeran Sanca Nata Kusuma Tua (1714–1764) sebagai raja Landak ke XIX di Bandong.
|
Batu Intan Ilustrasi |
Selain itu, sebagai sebuah kerajaan, Landak tidak mengisolasi diri dari dunia luar. Sebaliknya, kerajaan ini aktif menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain di sekitar Kalimantan Barat.
Hubungan yang terjalin adalah hubungan kekerabatan, seperti dengan Kesultanan Sambas Alwazikhubillah, Kerajaan Sanggau, Kerajaan Matan, Kerajaan Mempawah Amantubillah, dan Kerajaan Tayan.
d. Silsilah Keraton Ismahayana Landak
Silsilah Raja-raja Kerajaan Landak terbagi menjadi empat periode pemerintahan dan dua fase keagamaan: Hindu dan Islam.
Keempat periode ini berhubungan dengan Istana Kerajaan Landak yang pernah berpindah ke empat lokasi yang berbeda.
Fase Zaman Hindu
Kerajaan Landak di Ningrat Batur (1292–1472)
- Ratu Sang Nata Pulang Pali I
- Ratu Sang Nata Pulang Pali II
- Ratu Sang Nata Pulang Pali III
- Ratu Sang Nata Pulang Pali IV
- Ratu Sang Nata Pulang Pali V
- Ratu Sang Nata Pulang Pali VI
- Ratu Sang Nata Pulang Pali VII
Fase Zaman Islam
Kerajaan Landak di Mungguk Ayu, Tahun (1472–1703)
- Raden Iswaramahayan Raja Adipati Karang Tanjung Tua atau Raden Abdul Kahar, Tahun (1472–1542) (Islam masuk pada periode ini di Kerajaan Landak)
- Raden Pati Karang Raja Adipati Karang Tanjung Muda, Tahun (1542–1584)
- Raden Cili (Tjili) Pahang Tua Raja Adipati Karang Sari Tua, Tahun (1584–1614)
- Raden Karang Tedung Tua (wakil raja) Raja Adipati Karang Tedung Tua, Tahun (1614–1644)
- Raden Cili (Tjili) Pahang Muda Raja Adipati Karang Sari Muda, Tahun (1644–1653)
- Raden Karang Tedung Muda (wakil raja) Raja Adipati Karang Tedung Muda, Tahun (1679–1689)
- Raden Mangku Tua (wakil raja) Raja Mangku Bumi Tua, Tahun (1679–1689)
- Raden Kusuma Agung Tua, Tahun (1689–1693)
- Raden Mangku Muda (wakil Raja) Pangeran Mangku Bumi Muda, Tahun (1693–1703)
Kerajaan Landak di Bandong, Tahun (1703–1768)
- Raden Kusuma Agung Muda, Tahun (1703–1709)
- Raden Purba Kusuma (wakil raja) Pangeran Purba Kusuma, Tahun (1709–1714)
- Raden Nata Tua Pangeran Sanca Nata Kusuma Tua, Tahun (1714–1764)
- Raden Anom Jaya Kusuma (wakil raja) Pangeran Anom Jaya Kusuma, Tahun (1764–1768)
Kerajaan Landak di Ngabang (1768–sekarang), dengan kepala negara bergelar Paduka Panembahan dan kepala pemerintahan bergelar Paduka Pangeran
- Raden Nata Muda Pangeran Sanca Nata Kusuma, Tahun (1768–1798)
- Raden Bagus Nata Kusuma (wakil raja) Ratu Bagus Nata Kusuma, Tahun (1798–1802)
- Gusti Husin (wakil raja) Gusti Husin Suta Wijaya, Tahun (1802–1807)
- Panembahan Gusti Muhammad Aliuddin, Tahun (1807–1833)
- Haji Gusti Ismail (wakil panembahan) Pangeran Mangkubumi Haji Gusti Ismail, Tahun (1833–1835)
- Panembahan Gusti Mahmud Akamuddin, Tahun (1835–1838)
- Ya Mochtar Unus (wakil panembahan) Pangeran Temenggung Kusuma, Tahun (1838–1843)
- Panembahan Gusti Muhammad Amaruddin Ratu Bagus Adi Muhammad Kusuma, Tahun (1843–1868)
- Gusti Doha (wakil panembahan), Tahun (1868–1872)
- Panembahan Gusti Abdulmajid Kusuma Adiningrat, Tahun (1872–1875)
- Haji Gusti Andut Muhammad Tabri (wakil panembahan) Pangeran Wira Nata Kusuma, Tahun (1875–1890)
- Gusti Ahmad (wakil panembahan) Pangeran Mangkubumi Gusti Ahmad, Tahun (1890–1895)
- Panembahan Gusti Abdulazis Kusuma Akamuddin, Tahun (1895–1899)
- Gusti Bujang Isman Tajuddin (wakil panembahan) Pangeran Mangkubumi Gusti Bujang, Tahun (1899–1922)
- Panembahan Gusti Abdul Hamid, Tahun (1922–1943)
- H. Gusti Mustafa Sotol (wakil panembahan), Tahun (1943–1945)
- Haji Gusti Mohammad Appandi Ranie (wakil panembahan) Pangeran Mangkubumi Gusti Mohammad Appandi Ranie Setia Negara, Tahun (1946, hanya sekitar 4 bulan berkuasa)
- Pangeran Ratu Haji Gusti Amiruddin Hamid
- Drs. Gusti Suryansyah Amiruddin, M.Si. Pangeran Ratu Keraton Landak, Tahun (2000–14 Oktober 2016)
- Pangeran Ratu Gusti Fiqry Azizurrahmansyah, Tahun (10 April 2021 - Sekarang).
Acara Penabalan Raja Landak ke - 41
Prosesi penabalan Raja Landak ke-41 diadakan di Keraton Ismahayana di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat pada hari Sabtu, 10 April 2021.
Raja baru yang bernama Pangeran Ratu Gusti Fiqry Azizurrahman Syah, S.Kom Bergelar: Iswaramahayana Dipati Karang Sari. Beliau adalah putera mahkota dari Raja Ismahayana Dipati Karang Tanjung Haji Gusti Suryansyah, yang telah meninggal dunia pada tanggal 14 Oktober 2016.
Acara penabalan ini adalah prosesi adat yang dilaksanakan di lingkungan Keraton Ismahayana Landak. Tujuannya adalah untuk mengukuhkan penerus tahta setelah kematian raja sebelumnya.
Prosesi ini terdiri dari berbagai kegiatan, antara lain pembacaan ikrar penabalan, betungkal tawar, dan penandatanganan naskah berita acara, yang disaksikan Raja Raja se Kalimantan Barat.
Pertanyaan yang sering ditanyakan di Keraton Ismahayana Landak
Kapan berdirinya Keraton Ismahayana Landak?
Belum ada catatan sejarah yang kuat kapan Keraton Ismahayana Landak, Namun dari sejarah kedatangan Bangsawan Kerajaan Singasari yang saat itu sedang bereformasi menjadi Majapahit maka bisa disimpulkan bhwa berdirinya Keraton Ismahayana Landak ketika masa Kerajaan Maja Pahit Berdiri yaitu pada abad ke 13 - 16.
Berapa tiket masuk ke Keraton Ismahayana Landak?
Untuk memasuki area Keraton Ismahayana Landak gratis, tidak dipungut biaya.
Apakah ada Tourguide di Keraton Ismahayana Landak?
Ya, Namun jika ingin berniat sekali mengetahui sejarah dan budaya Keraton Ismahayana Landak, anda kabarin terlebih dahulu, minimal H -1, agar ada persiapan pihak Keraton untuk menyiapkan segala sesuatu.
Bagaimana jalur menuju Keraton Ismahayana Landak?
Lokasinya ada di kampung raja, Ngabang, Kabupaten Landak. Patokan dari terminal ngabang/pasar ngabang, lurus saja mengikuti jalan. Kompleks istana sepi. Bentuk rumah panggung, lumayan terawat. Istananya sendiri masih full berbahan kayu belian.
Referensi (suaralandak, warisanbudaya.kemdikbud, kebudayaan.kemdikbud, Wikipedia)
Posting Komentar untuk "Keraton Ismahayana Landak, Jejak Sejarah Kerajaan Majapahit"