Pandemi
COVID-19 telah merubah kondisi pariwisata global secara signifikan.
Negara-negara di seluruh dunia harus beradaptasi dengan cepat untuk menjaga
industri pariwisata tetap hidup dengan memprioritaskan aspek keselamatan. Dalam
situasi paska pandemi COVID-19, teknologi dan data telah menjadi hal yang penting
untuk memahami, mengelola, dan memulihkan kebangkitan industri pariwisata.
Salah satu hal terpenting yang dapat mencapai hal tersebut adalah melalui penggunaan
big data.
Big
data merupakan istilah yang merujuk pada
kumpulan data informasi yang besar, kompleks, serta memiliki berbagai format,
baik yang terstruktur maupun tidak terstruktur. Data ini terus-menerus
dihasilkan dan ditransmisikan oleh berbagai organisasi atau individu melalui mesin
bersensor dengan kecepatan yang terus meningkat seiring berjalannya waktu
(Ghotkar dan Rokde, 2016). Konsep big data sering dikaitkan dengan model
"5V Big Data" yang mencakup volume (jumlah data), kecepatan
(kecepatan pengumpulan dan analisis data), variasi (beragamnya jenis data),
kebenaran (keandalan dan kualitas data), dan nilai (manfaat yang dapat
diperoleh dari data tersebut).
Gambar
1. Model 5V Big Data
Sumber: Garg (2019)
Di dalam sektor pariwisata, penggunaan big data menjadi sangat relevan. Data yang berkaitan dengan pariwisata dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk operator pariwisata, sumber perjalanan online, dan platform media sosial. Data ini mencakup informasi tentang tren perjalanan, preferensi wisatawan, dan feedback pelanggan. Namun, big data tidak terbatas pada data pariwisata saja. Data non-pariwisata seperti data geospasial dan data kesehatan publik juga memiliki nilai yang signifikan dalam memahami dan merespons perubahan dalam industri pariwisata. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, big data telah menjadi sumber daya yang sangat berharga dalam pengambilan kebijakan pariwisata, manajemen destinasi, dan pemulihan ekonomi setelah pandemi. Ini adalah peta jalan yang jelas menuju masa depan yang lebih cerah bagi industri pariwisata.
Salah
satu manfaat utama big data di sektor pariwisata adalah kemampuannya
untuk memberikan wawasan mendalam tentang perilaku wisatawan. Selain itu, big
data juga memainkan peran penting dalam manajemen destinasi. Melalui data
yang berkualitas tinggi, destinasi dapat melacak ketepatan waktu pengunjung,
mengelola kerumunan, dan mengantisipasi potensi masalah yang mungkin timbul.
Hal ini dapat membantu menghindari tekanan berlebih pada infrastruktur lokal
dan meningkatkan pengalaman wisatawan. Namun, salah satu aspek paling penting
dari big data adalah perannya dalam pemulihan ekonomi paska COVID-19. Berdasarkan
informasi yang didapat dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) disebutkan
bahwa pemasukan bagi hotel menurun karena tingkat hunian kamar yang turun
secara drastis.
Bisnis
hotel dan restoran mengalami penurunan dan memicu pengurangan jumlah tenaga
kerja. Selain itu dalam sebulan, sebanyak 125 sampai 150 usaha restoran juga
tutup karena terdampak pandemik. Data-data tersebut merefleksikan signifikannya
dampak pandemi terhadap industri pariwisata di Indonesia sekaligus dapat
memberikan pemahaman mendalam tentang penurunan kunjungan wisatawan dan
kerugian ekonomi. Melalui pemahaman ini, pemerintah dapat merancang kebijakan
stimulus yang tepat sasaran dan berbasis bukti untuk mendukung pemulihan industri
pariwisata. Selain itu, pemerintah sebaiknya menerapkan strategi inovasi dengan
memanfaatkan teknologi big data guna memajukan serta menghidupkan
kembali sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang telah terpukul oleh pandemi
COVID-19.
Hal
tersebut disampaikan oleh Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Republik Indonesia, disebutkan bahwa “Strategi yang mungkin diadopsi adalah
strategi inovasi dengan menggunakan teknologi, menggunakan pendekatan big
data, pendekatan kekinian untuk memetakan baik dari segi potensi maupun
penguatan”. Selama masa pandemi, industri pariwisata mengalami tantangan yang
luar biasa. Penggunaan big data menjadi kunci dalam upaya menjaga ketahanan
dan mendukung pemulihan industri pariwisata. Berikut merupakan beberapa rekomendasi
kebijakan dalam penggunaan big data yang dapat digunakan dalam konteks
pariwisata paska pandemi menurut The United Nations World Tourism
Organization, 2021:
1. Memprioritaskan
Keberlanjutan dan Menetapkan Kebijakan tentang Big Data
Di
dalam mewujudkan keberlanjutan dan merumuskan kebijakan tentang big data
dalam sektor pariwisata, beberapa langkah kunci harus diambil. Pertama,
diperlukan komitmen terhadap keberlanjutan dengan investasi dalam sistem pengukuran
berstandar internasional, seperti pengukuran keberlanjutan pariwisata. Ini akan
memungkinkan pemantauan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan pariwisata.
Kedua, digitalisasi perlu ditingkatkan melalui program big data untuk
meningkatkan pengukuran dan pengelolaan destinasi pariwisata. Investasi dalam
kerangka kerja internasional untuk penggunaan big data juga penting.
Selain itu, kerjasama antara sektor swasta, pemerintah, dan lembaga lainnya
harus ditingkatkan untuk memastikan akses dan keberlanjutan data. Integrasi
antara organisasi pariwisata, pemerintah daerah, dan sektor lainnya diperlukan,
diiringi dengan membetuk platform lokal. Dengan Langkah ini tentunya dapat
meningkatkan keberlanjutan sektor pariwisata dan memanfaatkan potensi big
data dalam pengembangan destinasi pariwisata.
2. Pendanaan
dalam Pengembangan Kapasitas Big Data
Guna
meningkatkan pengembangan kapasitas big data dalam sektor pariwisata,
perlu dilakukan beberapa langkah strategis. Pertama, alokasi anggaran harus dilakukan
untuk membentuk tim big data yang akan dipimpin oleh seorang leader
yang melapor kepada kepala organisasi manajemen pariwisata nasional atau KEMENPAREKRAF.
Kemudian, audit dan penilaian terhadap kebutuhan data, sumber daya teknis,
manusia, dan keuangan harus dilaksanakan. Selanjutnya, perlu ditingkatkan
kapasitas karyawan organisasi manajemen pariwisata nasional dalam analisis big
data, serta memberikan pelatihan agar mereka mampu menggabungkan data baru
dengan indikator pariwisata yang sudah ada untuk mendukung pengambilan
keputusan yang lebih holistik. Peningkatan investasi dalam teknologi informasi dan
pengembangan keterampilan big data bagi pelaku pariwisata di tingkat
nasional dan daerah juga perlu dilakukan. Di sisi lain, kerjasama dengan
lembaga akademik lokal dan internasional juga diperlukan untuk memperoleh
keterampilan yang diperlukan.
3. Pemulihan
COVID-19 melalui Penerapan Kebijakan serta Kemitraan Sektor Publik dan Swasta
Di
dalam proses pemulihan sektor pariwisata melalui penerepan kebijakan dari
dampak COVID-19 dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: Pertama, membentuk
perwakilan pariwisata tim lintas kementerian yang mencakup kesehatan,
perjalanan, transportasi, imigrasi, dan privasi data serta keamanan. Kedua, mempercepat
adopsi kerangka hukum yang memfasilitasi pertukaran data sektor publik di dalam
dan luar negeri untuk mendukung pemulihan paska pandemi COVID-19 serta
mendorong sektor swasta dalam negeri untuk berpartisipasi. Selanjutnya dibutuhkan
pula kemitraan publik-swasta dengan penyedia big data yang mendukung
pemulihan sektor swasta dengan insentif berkelanjutan dan berstandar
internasional sebagai pedoman.
Berdasarkan
situasi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan big
data dari berbagai sumber, termasuk data pariwisata dan non-pariwisata,
industri pariwisata dapat menjadi lebih tangguh dan siap untuk menghadapi
tantangan seperti pandemi. Seiring berjalannya waktu, penting untuk terus
menggali potensi big data untuk mendukung pemulihan dan pertumbuhan
industri pariwisata. Dewasa ini big data telah membuktikan nilainya
sebagai alat yang sangat berguna dalam kebijakan pariwisata, manajemen
destinasi, dan pemulihan ekonomi. Untuk memastikan masa depan yang lebih baik
bagi industri pariwisata Indonesia, kita harus berkomitmen untuk terus menggali
potensi big data dan menggunakannya dengan bijak. Hanya dengan begitu,
kita dapat mencapai kebijakan pariwisata yang lebih baik, manajemen yang lebih
efisien, dan pemulihan yang berkelanjutan dari pandemi COVID-19.
Referensi:
Bimantara,
Johanes Galuh. 2021. Marak Penjualan Hotel di Tengah Jerit Keterpurukan Bisnis
Penginapan dan Restoran. Diakses pada 05 Oktober 2023 dari https://www.kompas.id/baca/metro/2021/02/07/marak-penjualan-hotel-di-tengah-jerit-keterpurukan-bisnis-penginapan-dan-restoran
Garg,
A. 2019. Feature, Planning and Used of Big Data. Journal of Advances and
Scholarly Researches in Allied Education. 16 (2). pp. 864–867
Ghotkar,
M. and P. Rokde. (2016). Big Data: How It Is Generated and Its Importance. IOSR
Journal of Computer Engineering
Sofia,
Hanni & Rahman, M Razi. 2020. Sandiaga Uno akan terapkan teknologi big data
garap sektor pariwisata. Diakses pada 05 Oktober 2023 dari https://www.antaranews.com/berita/1909328/sandiaga-uno-akan-terapkan-teknologi-big-data-garap-sektor-pariwisata
UNWTO.
(2021). Big Data for Better Tourism Policy, Management, and Sustainable
Recovery from Covid-19
ditulis: Anggi Januar Pratama
Mahasiswa S2 Magister Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada
Posting Komentar untuk "Pemanfaatan Big Data untuk Meningkatkan Kebijakan Pariwisata, Manajemen, dan Pemulihan Berkelanjutan dari COVID-19"